Selamat Membaca ^_^

MUTIARA DARI SAHABAT part I


       Jany dan Sintia bersahabat cukup lama, meski Sintia 100 tahun lebih dahulu menempati bumi sebelum ruh Jany ditiup oleh Sang Khaliq, tapi mereka sangat memahami perbedaan adalah sebuah keserasian dan itulah sunnatulloh. Jadi tak heran jika persahabatan mereka tidak mudah pupus ditelan masa

Pertemuan itu diawali saat 7 tahun silam. Tepat di bawah pohon beringin yang sangat lebat, tampak gadis kecil yang memandangi akar-akar pohon beringin yang menjalar tak teratur. Tatapannya lemah tanpa kedip. Kelopak matanya cekung dan bibirnya kering karena selalu menangis, gadis kecil yang putus asa dalam mengarungi kerasnya kehidupan. Memang tak mudah diterima untuk anak sekecil Jany, di usianya yang masih 13 tahun ia harus kehilangan dua anggota keluarganya sekaligus. Tepat satu minggu yang lalu ibu dan adik bungsu Jany dipanggil oleh Yang Maha Berkehendak dengan cara tiba-tiba. Seorang anak yang seharusnya berlimpah kasih sayang orang tua, kini hanya bisa mengenang dan terisak meratapi. Tak ada yang tahu berapa lama lagi Jany harus melewati masa-masa sulit itu. Hatinya berkabung dan sangat terpukul. Dia masih berharap melihat senyum adik dan ibunya lagi, tangannya memegang erat boneka pooh yang dulu akan dihadiahkan pada ulang tahun adiknya yang rencananya lusa akan dirayakan.

Kali ini langit tampak mendung, sesekali tangan Jany mengusap air matanya, dia takut dengan hujan. Dia sangat membenci suara percikan air dari langit yang dulunya adalah melodi kedamaian. Karena hal itu mengingatkan terjadinya tragedi pilu kematian ibu dan adiknya. Saat itu ibu sedang berwudlu, Jany dan keluarga bersiap-siap untuk pergi ke musholla, adik kecil Jany mendekap tubuh ibu dari belakang, sambil bermain-main percikan air wudlu ibu. Ibu mendorong perlahan tubuh Intan supaya mau menjauh, ibu tak ingin adik basah oleh air. Tanpa sepengatahuan ibu, Intan bermain kabel yang putus bekas gigitan tikus, saat itu juga bocah berumur 5 tahun itu tersengat listrik yang tegangannya cukup besar. Ibu mendekati adik tanpa pikir panjang, padahal tubuh ibu dalam keadaan basah. Sayangnya tidak ada yang mengetahui kejadian itu, karena Jany dan ayah lebih dahulu berada di Musholla. Petirpun semakin keras menyambar-nyambar, hidup Jany berubah seketika. Jany dan ayahnya sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka melihat mayat ibu dan adik sudah membiru. 

Seolah waktu mengubahnya menjadi semakin pendiam, suka melamun dan sering menyendiri, itu membuat Jany sering pingsan tanpa sebab. Kali ini Jany pingsan yang kesekian kali di bawah pohon beringin tua itu. Salah satu warga menolongnya dengan membawa tubuh mungil Jany ke rumah gubuk yang terletak 20 meter dari pohon. Ayahnya tidak ada di rumah, karena meskipun tanggal merah, ayah tetap mengais rizki dengan mengayuh kendaraan beroda tiga di tengah bisingnya kendaraan bermesin di kota.

“Tuhan,…. Tempat apa ini?” Jany tursungkur di tengah padang pasir luas yang tak berpenghuni. Anginya kencang namun terasa panas, sangat aneh. Butiran lembut debu menari-nari terbawa angin. “Atau aku sudah mati?”, Jany bertanya-tanya tak jelas. “Assalamualaikum Jany”, suara lembut namun mengagetkan, tanpa ada suara langkah kaki sebelumnya. Karena terlalu takut, bibir Jany tak mampu mengeluarkan suara, hatinya terus bertanya. “Apakah begini bentuk malaikat itu, apakah dia Izroil yang akan membawanya ke alam baka?, alam yang biasanya para ustad menceritakan para santrinya agar mereka mau sholat 5 waktu dan rajin mengaji. Tapi dia sangat cantik, menawan namun parasnya alami, seperti tanpa polesan bedak, rambutnya panjang dan hitam pekat”, hati Jany bergumam butuh penjelasan. Sangat aneh, Jany memandang ke bawah kakinya berbulu coklat, yah… mirip kuda, tak punya jari-jari kaki, padahal jari tangannya lentik. Bau amis yang menyengat sepertinya berasal dari lehernya, tampak luka yang membusuk. Warnaya coklat tua berpadu merah kehitaman, tetap lebih cantik dari Jany, karena kulit putihnya seperti bersinar, gaun merah yang disemakatkan pada tubuhnya sangat indah sekali, gaun pengantin bangsa eropa kuno. Mustahil bila malaikat seperti ini.

Digg it StumbleUpon del.icio.us

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright 2011 Aku, kau, dan kalian
Aroby Art : by faiq aroby. Supported by Bloggermint